A. PENDAHULUAN
Peningkatan
pemahaman komputer oleh pemakai mudahnya pemakai memperoleh hardware dan
software memberikan kesadaran terhadap perusahaan bahwa memang dibutuhkan
sistem komputerisasi. Sebagai contoh dua pemakai dalam area yang berbeda ingin
mengembangkan sistem secara serentak untuk menyiapkan laporan yang sama, atau
mereka masing-masing membeli paket software yang sama. Maka, sebaiknya
manajemen puncak dari perusahaan tersebut menetapkan penggunaan komputerisasi
dalam organisasinya, yang akan berguna untuk mengetahui pencitptaan sumber
informasi dan pengelolaanya. Perencanaan formal untuk manajemen informasi ini
disebut Information Reseurces management (IRM) atau manajemen sumber informasi.
IRM
adalah konsep manajemen sumber informasi yang mengenal informasi sebagai sumber
organisasional utama yang harus dikelola dengan tingkat kepentingan yang sama
seperti sumber organisasional dominan lain seperti orang, keuangan, peralatan
& manajemen.
·
Informasi
merupakan salah sau sumber utama dari perusahaan & dapat dikelola seperti
halnya sumber lain.
·
IRM
(Information Resource Management) merupakan metodologi siklus hidup yang
digunakan untuk menciptakan sistem yang berkualitas.
B. PEMBAHASAN
1.
PANDANGAN TENTANG IRM
·
IRM SEPERTI HALNYA MANAJEMEN INFORMASI SUMBER
Informasi
adalah salah satu sumber utama dari perusahaan, dan ia dapat dikelola seperti halnya
sumber-sumber lain.Informasi
adalah sumber konseptual yang mana menggambarkan sumber-sumber fisik yang harus
dikelola oleh manajer. Jika skala operasinya terlalu besar untuk diobservasi,
maka manajer dapat memonitor sumber-sumber fisik dengan mengunakan informasi
yang menggambarkan atau mewakili sumber-sumber tersebut.
Kritik terhadap pandangan
IRM ini muncul. Alasannya adalah bahwa denga pandangan seperti itu, maka
pengukuran nilai informasi menjadi sulit. Dan adanya kenyataanbahwa informasi bersifat
konseptual bukan fisik.
·
IRM MERUPAKAN CARA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SISTEM
INFORMASI
Dari
pada mengandalakan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh manajemen puncak, yang
berlaku untuk seluruh organisasi, sebaiknya perhatian harus ditujukan kepada
tingkat bawah, dimana sistem dikembangkan. Pandangan ini menganggap
IRM sebagai metodologi siklus hidup yang digunakan untuk menciptakan system
yang dapat menghasilkan informasi berkualitas.
Dasar
dari pandangan ini adalah adanya keyakinan bahwa tugas-tugas pengelolaan semua
informasi dalam perusahaan begitu banyak bila hanya dilkakuan dengan satu
usaha.situasi ini sama seperti pada waktu usaha MIS pertama kali dilakukan,
yaitu dengan menerapkan satu sistem untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi
seluruh organisasi. Kita telah mengetahui bahwa usaha-usaha awal tersebut
umumnya gagal dan mendorang diketemukannya DSS.
Walalupun argumen bahwa
kebijaksanaan yang dibuat sendiri tidak akan cukup adalah benar, namun
kelemahan utama dari pandangan ini adalah bahwa ia mengabaikan perlunya control
terpusat dan control yang terkoordinasi.
·
IRM SEBAGAI MANAJEMEN SUMBER KOMPUTERISASI
Karena
sulit untuk mengukur nilai informasi, maka perhatian diarahakan kepada
sumber-sumber yang menghasilkan informasi. Asumsi dasarnya adalah
bahwa jika perusahaan mengelola komputernya, databasenya, spesialis
informasinya, dan sebagainya, berarti ia mengelola informasinya.
Kritik terhadap pandangan
ini menyatakan bahwa perusahaan dapat dikelabui untuk percaya bahwa
informasinya telah dikelola, dimana pada kenyataanya pada waktu itu ia tidak
kelola. Perusahaan tidak boleh terlalu terlibat dalam manajemen sumber, yang
hal ini akan menghilangkan pandangan mengenai komoditi yang dihasilkan oleh
sumber tersebut yaitu informasi.
·
PANDANGAN YANG LUAS TERHADAP IRM
Mehdi Khosrowpour
mengemukakan kepada penulis buku ini, melalui surat pribadi, bahwa definisi IRM
adalah, “Konsep manajemen sumber informasi mengenal informasi sebagai sumber
oraganisasional utama yang harus dikelola dengan tingkat kepentingan yang sama
seperti sumber organisasional dominant yang lain, seperti orang, bajan,
keuangan, peralatan, dan manajemen. Lebih jauh lagi, IRM ini menghendaki adanya
manajemen komprehensif terhadap semua komponen teknologi pemrosesan informasi
maupun terhadap elemen manusia, agar keduanya dapat mengumpulkan, memproses,
menyebarkan, dan mengelola informasi, yang merupakan aset organisasional yang
utama. “Ia mengidentifikasi sumber informasi yang meliputi: informasi, hardware
pemrosesan, software pemrosesan, telekomunikasi, otomatisasi kantor, struktur
sistem informasi, para professional system, end-user, dan struktur manajemen.
Pandangan mengenai IRM dalam buku ini adalah sesuai dengan definisi dan dafar
sumber yang dikemukakan oleh Khosrowpour ini.
2.
INFORMASI SEBAGAI SUMBER STRATEGIS
Kita telah mengetahui bahwa perusahaan berada dalam
lingkungan yang terdiri atas elemen-elemen, seperti pelanggan, pemasok,
pemerintah, dan pesaing. Pandangan ini dilukiskan pada gambar 19.1. Perusahaan
berusaha untuk menetapkan arus sumber fisik dan informasi secara dua arah
dengan semua elemen tersebut kecuali dengan pesaing. Secara ideal, hanya arus
informasi yang masuklah yang menghubungkan perusahaan dengan pesaingnya.
Tujuan
utama dari perusahaan adalah untuk memelihara operasi yang menghasilkan
keuntungan, sehingga ia dapat terus memberikan produk dan pelayanan (barang dan
jasa) yang dibutuhkan oleh pelanggannya. Perusahaan harus menjalankan tujuannya
tersebut dalam kendala yang diakibatkan oleh lingkungan.walaupun semua elemen
dapat mengakibatkan terjadinya kendala, namun yang paling kelihatan adalah yang
datangnya dari pesaing. Pesaing secara aktif berusaha untuk menyaingi
keberhasilan perusahaan tersebut.
Informasi merupakan salah satu sumber yang dapat
menghasilkan keuntungan kompetitif. Caranya : Dengan memfokuskan pada pelanggan
& membangun sistem informasi yang bisa meningkatkan arus informasi antara
perusahaan dan elemen lingkungannya.Arus Informasi antara perusahaan dan
pelanggan :
1) Informasi yang menerangkan kebutuhan produk
2) Informasi yang menerangkan penggunaan produk
3) Informasi yang menerangkan kepuasan produk
3. PERENCANAAN STARTEGIS UNTUK SUMBER INFORMASI
Jika
informasi akan digunakan sebagai sumber untuk mendapatkan keuntungan kompetitif
maka penggunaannya harus direncanakan. Lebih dari itu perencanaan tersebut
harus dilakukan oleh eksekutif perusahaan dan harus bersifat jangka panjang.
Aktifitas perencanaan yang menidentifikasikan sumner-sumber informasi yang akan
yang akan diperlukan pada masa yang akan dating dan cara penggunaannya
dinamakan SPIR (Strategic Planning for Information Resources). Gagasan utama
yang mendasari SPIR ini adalah adanya hubungan antara tujuan perusahaan secara
keseluruhan dengan rencananya untuk sumber-sumber informasinya. Sumber-sumber
informasi harus digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Berdasarkan survey selama tahun delapan puluhan
mengungkapkan bahwa SPIR adalah hal yang paling penting kaitannya dengan
penggunaan computer dalam bisnis. Namun demikian manajemen belum menyadari akan
pentingnya SPIR ini. Kesadaran tersebut berkembang secaara bertahap. William
R.King professor pada University of Pittsburgh menetapkan tiga tahapan ini
yaitu pra-perencanaan IS strategis, era SPIR awal dan era SPIR modern.
Perencanaan strategic merupakan perencanaan yang paling
memerlukan perhatian. Karena memerlukan perkiraan yang matang untuk dapat
mencapai tujuan organisasi pada masa sekarang dan akan datang.
·
Gagasan
utama dari SPIR adalah adanya hubungan antara tujuan perusahaan secara
keseluruhan dengan sumber-sumber informasi. Sumber-sumber informasi harus
digunakan untuk pencapaian tujuan.
·
Perencanaan
yang digunakan Top Down :
Langkah pertama adalah menentukan tujuan organisasi kemudian direncanakan aktifitas setiap unit perusahaan.
Langkah pertama adalah menentukan tujuan organisasi kemudian direncanakan aktifitas setiap unit perusahaan.
·
Pendekatan-pendekatan
Top Down :
1. BSP IBM
(Business System Planning)
·
Pendekatan
studi total
·
Setiap
manajer diinterview untuk menentukan kebutuhan informasi, kemudian sistem
diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan informasi.
2. CSF
(Critical Success Factor)
·
Perencanaan
sumber informasi dengan mengidentifikasi kunci keberhasilan yang nenentukan
keberhasilan dan kegagalan
3. Transformasi
susunan strategis
·
Misi,
Tujuan, strategi dari perusahaan merupakan dasar tujuan, batasan, strategi
perencanaan sistem.
·
Proses
pentransformasian dari susunan strategi organisasi menjadi susunan strategi SIM
dinamakan proses perencanaan strategi SIM
4. MANAJEMEN DAN STRATEGI END USER COMPUTING
Bila CIO mempunyai pengaruh, sumber-sumber informasi
perusahaan juga akan mengalami perubahan. Selama beberapa tahun, trend operasi
pelayanan informasi terpusat telah berubah menjadi trend pendistribusian
sumber-sumber komputerisasi keseluruh perusahaan, terutama dalam bentuk
mikrokomputer.
Sebagian
besar dari peralatan yang didistribusikan ini digunakan oleh pemakaian yang
tidak mempunyai pemahaman komputer secara khusus. Aplikasi-aplikasi dari
pemakai ini terdiri atas software tertulis yang telah dibuat oleh bagian
unitpelayanan informasi atau diperoleh dari sumber-sumber luar. Namun demikian,
ada juga pemakai yang hanya mengunakan komputer. Mereka ini juga mendisain dan
mengimplementasikan aplikasinya sendiri.
Sekarang
perusahaan dihadapkan pada tantangan untuk mengolah sumber-sumber informasi
yang tersebar tersebut . dalam bagian in, kita akan meneliti gejal-gejalanya
dan mencari beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar ia dapat
mencapai tingkat kontrol yang diharapkan.
1. JENIS
END-USER
Salah
satu study pertama mengenai end-user dilakukan pada tahun 1993 oleh John
Rockart dari MIT dan Lauren S. Flannery, seorang mahasiswa jurusan MIT. Mereka
menginterview 200 end-user ditujuh perusahaan dan menidentifikasi enam jenis.
·
End-User Non-Pemrograman.
Pemakai (user) ini hanya
mempunyai pemahaman komputer yang sedikit atau mungkin tak punya sama sekali,
dan ia hanya menggunakan sofware yang telah dibuat oleh orang lain. Ia
berkomunikasi dengan hadware dengan bantuan menu dan mengandalkan orang lain
untuk memberikan bantuan teknis.
·
User Tingkatan Perintah.
Pemakai (user) ini
menggunakan sofware tertulis yang telah tersedia, namun ia juga menggunakan 4GL
untuk mengakses database dan membuat laporan khusus.
·
Progemmer End-User.
Selain menggunakan sofware tertulis
dan 4GL, pemakaian ini juga dapat menulis programnya sendiri dan menggunakan
bahasa programan. Karena ia mempunyai pemahaman komputer yang lebih baik, ia
biasanya menghasilkan informasi untuk pemakian non-programan dan pemakai
tingkat perintah. Contoh pemakai jenis ini adalah aktuaris (penaksir), analis
keuangan, dan insiyur.
·
Personel Pendukung Fungsional.
Pemakai ini ditugaskan di
unit fungsional perusahaan dan menangani penggunaan komputer. Ia mempunyai
tingkatan sebagai ahli seperti yang ada di unit pelayanan informasi.
·
Personel Pendukung Komputerisasi End-User.
Spesialis informasi ini
ditugaskan di unit pelayanan informasi, namun membantu end-user dalam
pengembangan sistem.
·
Programmer DP.
Ia merupakan golongan
programer khusus, yang ditugaskan di pelayanan informasi, yang diharapkan
memberikan dukungan kepada end-user. Dukungan ini biasanya diberikan untuk
menentukan harga kontrak.
Klasifikasi
ini terlalu luas. Ia memasukkan pemakai yang tidak mempunyai pemahaman komputer
(end-user non-pemrograman) dan pemakai yang merupakan spesialis informasi
(personel pendukung profesional, personel pendukung komputerisasi end-user, dan
pemrograman DP). Dua jenis yang terakhir seharusnya bahkan tidak termasuk ke
dalam area pemakai.
Kita
telah mnggunakan istilah end-user computing untuk menjelaskan pengembangan
sistem berdasarkan komputer oleh orang yang mengunakan output dari sistem
tersebut. Penekanannya adalah pada pengembangan. Hal yang sama juga dilakukan
oleh Suzanna Rivard dari Ecole des Hautes etudes Commerciales,
Montreal dan Sid L. Huff dari University of Western Ontario, dalam study mereka
terhadap 272 end-user. Mereka membatasi klasifikasi mereka terhadap tiga
kategoti tengah yang dikemukakan oleh Rockart dan Flannery:
·
User
tingatan perintah
·
Pemrograman
end-user
·
Personel
pendukung fungsional
Hal
ini nampaknya merupakan kesepakatan yang masuk akal, dan kita menganggapnya
sebagai klasifikasi end-user. Ia tidak menyertakan pemakai yang tidak mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan sistemnya sendiri, dan juga spesialis informasi
yang ditugaskan dalam unit pelayanan informasi, ia juga mengetahui, dengan
memasukkan atau menyertakan personel pendukung fungsional, bahwa departemen
pemakai dapat memperoleh spesialis komputernya sendiri.
Walaupun
klasifikasi Rockart dan Flannery nampaknya terlalu luas untuk standar sekarang
ini, namun studi mereka memberikan kontribusi yang penting bagi end-user
computing, karena mereka mengungkapkan bahwa tak ada end-user khusus. Ada
benyak jenisnya, tergantung pada tingkat pemahaman komputer dari pemakai, dan
setiap jenis tersebut mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri.
2. APLIKASI END-USER POTENSIAL
Nampaknya beralasan bila ada anggapan bahwa end-user
lebih berusaha menerapkan aplikasinya untuk memenuhi kebutuhan informasinya
sendiri atau kebutuhan informasi untuk unitnya, dari pada untuk kebutuhan
informasi perusahaan. Oleh karena itu, end-user sebenarnya tidak mengembangkan
aplikasi pemrosesan data, MIS, dan otomatisasi kantor, seperti voice mail dan
video conferencing, sebab ia biasanya mengimplementasikan secara umum. Juga,
end-user sebenarnya tidak boleh mengembangkan expert system karena sistem ini
mempunyai sifat khusus.
Hal
ini berarti bahwa end-user computing hanya terbatas pada aplikasi DSS dan
otomatisasi kantor, seperti word processing, pengiriman elektronik, dan
pengkalenderan elektronik, yang dapat disesuaikan dengan sekelompok kecil
pemakai.
Dengan
memahami aplikasi yang mana yang mungkin dikembangkan dan yang mungkin tidak
bisa dikembangkan oleh end-user , maka hal ini akan menjadi teka-teki bagi arah
perkembangan en-user computing. Ia membrikan indikasi mengenai bagaimana
end-user dan spesialis informasi akan berdampingan dimasa mendatang.
3. TAHAP PERTUMBUHAN END-USER COMPUTING
Selama
jangka waktu yang pendek ketika end-user computing telah mendapatkan
popularitas, para pemakai dan aplikasi mereka menjadi lebih canggih. Kita telah
melihat bagaimana Richard Nolan menggunakan tahapan siklus hidup untuk
mendefinisikan evolusi jangka panjang penggunaan perusahaan dalam penggunaan
komputer. Cara yang sama dapat dilakukan untuk mendeskripsikan evolusi end-user
computing dalam perusahaan.
Sid
Huff bersama dengan Malcolm Munro, profesor pada University of Calgary, dan
Barbara Marin, seorang konsultan free-lance, menjelaskan bagaiman aplikasi
end-user berevolusimelalui tahapan pertumbuhan dan menjadi lebih matang pada
setiap tahapan tersebut. Mereka mendefinisikan kematangan dengan istilah
connectivity – yaitu kemampuan aplikasi-aplikasi untuk saling berinterface melalui
transfer data.
Isolasi, selama tahap isolasi,
pemakai melihat tiap aplikasi sebagai entry yang terpisah. Pemakai menerima
dukungan nyata yang sedikit dari sistem dan pemakai ini menggunakan sistem
tersebut terutama untuk mendapatkan pengenalan dengan pemrosesan komputer.
Sound-Alone, pemakai mulai melihat
hubungan logis antara sistem-sistemnya. Dalam usahanya untuk memadukan sistem
tersebut, pemakai biasanya akan memasukkan kembalioutput dari satu sistem untuk
meberikan input kepada sistem lain.
Integrasi Manual, para pemakai mulai
menukarkan data diantara mereka dan dengan fasilitas komputerisasi sentral.
Namun demikian, pertukaran ini dilakukan dengan mentransfer file dari satu
program ke program yang lain biasanya dalam bentuk disket. Contohnya adalah penggunaan
file dBASE sebagai input bagi spreadsheet 1-2-3. jika pelayanan informasi tidak
menentukan standar untuk aktivitas ini, maka pemakai mebuat standarnya sendiri.
Integritas Otomatisasi, pemakai bisa menukar
data dengan database sentral dengan menggunakan jaringan komunikasi .
pertukaran ini dilakukan oleh DBMS yang mengelola database sentral. Agar dapat
membuat dan mengunakan system ini, pemakai harus menyesuaikan standar yang
telah ditentukan oleh pelayanan informasi.
Integrasi Terdistribusi, pada tingkat
kematangan yang paling tinggi ini, aplikasi end-user berada pada tingkat
organisasional, kelompok kerja, dan pemakai perorangan. Database terpisah
didistribusikan ke seluruh perusahaan pada setiap tingkat, dan integrasi
dilakukan oleh DBMS terdistribusi.
Professor
Munro dan Huff, bersama dengan mahasiswa S2 dari University British Columbia,
Gary Moore, mempelajari status end-user computing di 47 organisasi, dan
mendapati bahwa tak ada perusahaan yang dijadikan obyek studi tersebut telah
mencapai tahap kematangan integrasi terdistribusinya. Mungkin hal tersebut
disebabkan adanya kebutuhan DBMS yang lebih canggih untuk mendukung database
terdistribusinya. Namun demikian, muff, Munro, dan Martin, mendapatkan suatu
kesimpulan bahwa, “walaupun dengan alat yang lebih baik, pasti akan ada hal
(point) – yang belum diketahui – yang berada diatas jangkauan pemakai, yang
tidak akan bias dijelajahi oleh pemakai.
4. FAKTOR YANG MENDORONG
END-USER COMPUTING
Pada sebagian besar
perusahaan, bagian pelayanan informasi terlalu banyak muatan kerja dan disitu
terdapat antrean panjang pekerjaan yang menunggu pengimplemenstasiannya. Adanya
timbunan pelayanan informasi ini merupakan sebab utama mengapa
end-user computing menjadi popular, dimana pemakai menjadi tidak sabar dan
memutuskan untuk melakukan pekerjaannya sendiri.
Faktor lain adalah murahnya dan mudahnya
penggunaan hardware dan software. Pemakai dapat membeli PC dan
beberapa software pengembangan aplikasi dengan hanya seribu dolar atau
sekitarnya, seringkali tidak usah melalui channel yang resmi.
Pemahaman pemakaimengenai komputer dan informasi juga merupakan faktor
menjadi populernya en-user omputing ini. Sekarang semakin banyak pemakai yang
telah mempelajari keterampilan komputer di sekolah dan mereka mempunyaikeyaknan
yang kuat terhadap kemampuannya ini. Mereka tidak ragu-ragu lagi untuk
mengembangkan dan membuat aplikasinya sendiri.
Beberapa pemakai terdorong oleh prospek mengenai
diperolehnya kemampuan untuk melakukan kontrol yag lebih cermat atas
komputerisasi mereka. Pandangan ini diakibatkan oleh ketidakpercayaan mereka
terhadap pelayanan informasi. Mungkin ada beberapa kasu-kasus kesalahan dan
penembusan keamanan dalam pelayanan informasi.
Pemakai mungkin juga terdorong untuk mengurangi
biaya pemrosesan. Situadi ini terjadi dalam perusahaan yang
memindahkan pembiayaan pengembangan dan penggunaan sistemkepada departemen yang
memakai sistem tersebut, dan biaya tersebut diangap terlalu tinggi.
Pengaruh atau dorongan eksekutif juga merupaka faktor.
Phillip Ein-Dor dan Eli Segev, profesor pada Tel Aviv Univeristy, mangumpulkan
data dari 21 perusahaan d wilayah Los Angeles dan mendapatkan bahwa persentasi
end-user manajemen dan non-manajemen akan lebih tinggi jika CEO adalah pemakai.
5.
KEUNTUNGAN DARI END-USER COMPUTING
End-user computing memberika kuntunga baik kepada
perusahaan maupun pemakai. Pertama, perusaaa akan memperoleh keuntungan dengan
memindahkan beberapa muatan kerja dari bagian pelayanan informasi kepada
end-user. Hal ini memungkinkan bagian pelayaan informasi untuk mengembangkan
sistem organisasional yang mungkin lebih menjadi muatan kerja yang menumpuk
selama beberapa bulan atau tahun. Ia juga memungkinkannya lebih mempunyai waktu
untuk memelihara sistem yang telah berada pada komputer.
Kedua,
tidak dikutsertakannya spesialis informasi dalam proses pengembangan bisa
mengatasi masalah yang telah menggangu pengimpleentasian sepanjang era komputer
– yaitu komunikasi. Banyak pemakai yang tidak memahami jargon komputer yang
diungkapkan spesialis informasi, dan banyak spesialis informasi yang tidak
memahami tugas atau tanggung jawab pemakai. Karena para pemakai memahami
kebutuhannya sendiri dengan lebh baik dari pada orang lain, maka ketika mereka
mengembangkan sistem mereka sendiri, mereka mungkin akan lebih puas dengan
hasilnya. Mereka juga mempunyai perasaan memiliki – “ini adalah sistem saya.”
Hasil
akhir dari kedua keuntungan tersebut adalah bahwa akan tercapainya tingkat
keterampilan penggunaan komputer yang lebih tinggi. Sedangkan keuntungan yang
paling penting adalah dalam dukungan kebutuhan pemakai dalam memecahkan masalah
dan sistem memberikan apa yang dibutuhkan oleh pemakai.
6. STRATEGI END-USER
COMPUTING
Tugas perusahaan adalah
untuk menetapkan kebijaksanaan end-user computing yang memberikan fleksibilitas
kepada pemakai untuk melekukan inovasi dalam penggunaan komputer, namun juga
harus menetapkan kontrol untuk memastikan bahwa penggunaan tersebut mendukung
tujuan perusahaan.
Suatu
strategi yang telah terkenal adalah penetapan atau pembangunan pusat informasi,
ini merupakan pemecahan yang dapatdiimplemestasikan dengan cepat, namun hal ini
harus diikuti oleh perubahan-perubahan yang mendasar dari sifat-sifat yang
telah permanen. Sutu contoh perubahan yang mendasar ini adalahbahwa pelayanan
informasi melepaskan tugas sebagai pemrosesan dan ia diberi tugas khusus untuk
mengontrol jaringan. Pada bagian dibawah ini, kita akan membahas dua strategi
tersebut.
·
PUSAT INFORMASI
Information center (pusat
informasi) adalah area dalam perusahaan yang berisi sumber-sumber komputerisasi
yang perlu dikembangkan oleh pemakai dan dengan aplikasinya sendiri.
Sumber-sumber tersebut meliputi hardware, seperti terminal, mikros, printer,
letter-quality, plotter, dan juga meliputi software, seperti paket spreadsheet
elektronik, DBMS, 4GL, dan paket grafik. Disitu terdapat pula spesialis
informasi, yang ditugaskan untuk membantu pemakai dalam mengembangkan atau membuat
sistemnya. Tujuan dari hal ini adalah agar pemakai mendapatkan kepuasan dalam
menggunakan komputer.
IBM Canada dianggap
yang membangun pusat komputer yang pertama pada tahun1974, dan ide tersebut
secara cepat tersebarke berbagai perusahaan-perusahaan. Beberapa pusatnya
bersifat sangat sederhana, yaitu hanya dikelola oleh satu orang. Sedangkan yang
lain memiliki lebih dari 50 spesialis yang dapat membantu para pemakai.
Rata-rata ada 8 spesialis yang menjadi staff di satu pusat informasi itu.
Pusat informasi yang baru
dibuka setiap tahunnya, namun berbagai pusat yang sudah tua ditutup. Perusahaan
merasa bahwa pusat-pusat tersebut memberikan kegunaan; para pemakai bisa
mengembangkan apa yang menjadi kepuasannya dan mereka dapat emperoleh
sumber-sumber mereka sendiri. Itulah yang terjadi di Quaker Oats. Pusat
informasinya dibuka pada tahun 1984, dankurang dari tiga tahun, perusahaan
tersebut mencapai tujuannya. Lebih dari dua ribu pemakai diberi pelatihan, dan
lebih dari 1200 mikros dan tiga ribu paket software telah diinstal.
Salah satu masalah yang
berkaitan dengan pusat informasi ini adalah perelokasian para spesialis. Mereka
dapat diberi berbagai tugas dalam perusahaan, dengan dipekerjakan di pelayanan
informasi atau dipekerjakan di departemen pemakai. Strategi yagmungkin dengan
menugaskan mereka delam area perusahaan yang ketinggalzn dalam menggunakan
komputer.
·
KONTROL JARINGAN
Seorang profesor MIT dan
konsultan, John D. Donovan menggambarkan penyebaran end-user computingdalam
suatu organisasi dengan diagram tiga dimensi, yag terlihat pada gambar 19.14.
Aksis X menunjukkan bagaimana perusahaan mendistribusikan peralatan
komputerisasinya , dan aksis Y menunjukkan bagaimana perusahaan
mendesentralisasi proses pengembangan sistemnya.
Bila perusahaan menaikan
aksis Y dari gambar tersebu, maka pemakai menjadi lebih mampu merancang dan
mengembangkan sistemnya sendiri, tidak tergantung kepada unit pelayanan
informasi sentralaksis Z juga menunjukkan bagaimana perusahaan
mendesentralisasikan pembuatan keputusan mengenai sumber-sumberinformasinya –
yaitu membuat keputusan, misalnyaperalatan yang bagaimana yang akan didapatkan
dan aplikasi apa yang akan dikembangkan.
Point awal dari ketiga
aksis itu adalah gambaran tempat perusahaan pada waktu pertama kali menggunakan
komputer. Segala sesuatunya telah dilakukan dalam pelayanan informasi sentral.
Sebagian perusahaan telah bergerak ke point A, yang disebut sebagai Big brother
(keluarga besar). Disini, peralatan didistribusikan, namun pelayanan informasi
masih mebuat keputusan dan mengembangkan sistem. Masalah yang dihadapi
perusahaan ketika ia berada di point A adalah terjadinya momentum diman trend
end-user computing muncul. Jauh sebelumnya, permintaan akan dukungan informasi
meningkat begitu besar, dan pelayana informasi tidak bisa mengatasi permintaan
ini.
Dalam
situasi ini, perusahaan bisa melakukan salah satu dai tiga strategi dasar. Ia
dapat memberika keleluasaan kepada pemakai untuk menentukan aplikasi mana yang
ia ingin kembangkan, namun pelayanan informasi mengembangkannyajuga. Strategi
ini menggerakan perusahaan ke point B, yang diebut Helping Hand pelayana
inforamsi juga membiarkan pemakai untuk mengembangkan sistemnya sendiri, namun
pelayanan informasi yang memutuskan sistem yang akan dikembangkan tersebut. Ini
berada di point C, yang disebut Watchdog.
Menurut Donovan, point
Helping Hand dan Watchdog ini tidak memiliki tujuan jangka panjang yang
berguna. Bila penggunaan komputer meluas ke area-area lain, seperti sistem
informasi eksekutif dan expert system, maka akan lebih sulit bagi pelayanan
informasi untuk memberikan semua bantuan yang dibutuhkan oleh point Helping
Hand. Juga, mustahil bagi unit pelayanan informasi sentral untuk mengawasi
segala sesuatu yang terjadi pada point Watchdog. Oleh karena itu, tujuan
terakhir dari perusahaan adalah mencapai point D. Pada point ini, sumber-sumber
komputerisasi diberikan dan pembuatan keputusan mengenai sumber-sumber tersebut
didesentralisasi. Tanggung jawab utama pelayanan informasi adalah menghubungkan
network ke sumber-sumber tersebut.
Agar pencapaian status
network ini lancar, Donovan menyarankan bahwa CIO harus memelopori meninggalkan
atau melepaskan sumber-sumber komputerisasi perusahaan dan membiarkannya agar
dikontrol oleh departemen yang menggunakannya. Tujuan CIO dan pelayanan
informasi adalah terjadinya penyambungan atau hubungan dalam network.
Jika
car diatas benar-benar dilakukan, nampaknya akan menarik. Satu pertanyan
mengenai aplikasi yang kita kemukakan sebelumnya maka tidak akan berlaku lagi
bagi end-user computing. Jika pelayanan informasi melepaskan diri dari
sumber-sumber pemrosesan, maka siapa yang akan mengembangkan dan memelihara
sistem pemrosesan data, MIS, aplikasi OA berskala perusahaan, dan expert
system? Secara realistis, tujuan seharusnya tidak berada di point D, namun pada
tempat yang mendekati point D. Pelayanan informasi
mungkin dapat melepaskan diri dari porsi besar pengurusan
sumber-sumber pemrosesan.
C. KESIMPULAN
IRM adalah konsep manajemen sumber informasi yang
mengenal informasi sebagai sumber organisasional utama yang harus dikelola
dengan tingkat kepentingan yang sama seperti sumber organisasional dominan lain
seperti orang, keuangan, peralatan & manajemen. Bila konsep manajemen
sumber informasi ini diterapkan, maka akan mendapatkan beberapa keuntungan
kompetitif, diantaranya :
·
Terjalinnya
hubungan yang baik antara elemen-elemen
·
Diperlukan
arus informasi dengan semua elemen-elemen lingkungannya
·
Pentingnya
efisiensi operasi internal
D. daftar
pustaka
www. Google.com
www.wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar